Kalibiru
Jika saya menyebut Kalibiru pasti yang ada di benak hampir semua orang adalah foto yang menggambarkan seseorang yang duduk di atas pohon dengan posisi menghadap ke sebuah waduk. Ada juga foto-foto sunrise dan sunset yang cantik dengan latar belakang waduk dan perbukitan. Waduk tersebut bernama Waduk Sermo yang pasti dilalui ketika menuju ke daerah wisata Kalibiru jika tidak melalui jalan pintas. Menurut saya pribadi, tempat ini dinamakan Kalibiru karena Waduk Sermo tersebut terlihat biru dan indah dari atas. Waduk Sermo terlihat selaras dengan perbukitan Menoreh yang hijau yang mengelilingi waduk.
Perjalanan saya dan seorang teman berawal dari Puncak Kebun Buah Mangunan ke Kalibiru (kasi link) berjarak sekitar 2 jam. Kalau langsung dari kota Jogjakarta berjarak sekitar kurang lebih 1 jam. Perjalanan kali ini dilakukan pada waktu hujan sedang rajin-rajinnya mengguyur Jogjakarta. Beberapa kali kami diguyur gerimis di perjalanan dan udara yang agak dingin. Menurut petunjuk dari google maps dan warga sekitar, kami ikuti jalan saja dari Desa Wates (sekarang lebih dikenal dengan Kelurahan Wates), Kulonprogo. Kita akan menemukan petunjuk arah dan mengikuti arah yang menuju Waduk Sermo. Kami terus saja melewati jalan yang beraspal sampai menemukan jalan tanah yang melewati suatu SD (saya lupa nama SD-nya). Belakangan kami ketahui ada jalan pintas ke Kalibiru yang langsung ke sana tanpa melewati waduk dan jalannya beraspal semua. Tapi, karena cuma sekali melewatinya kami lupa lagi jika harus mencari jalan tersebut untuk naik ke sana. Kecuali, ketika akan melewati jalan pulang karena akan ditunjukan oleh mas-mas di parkiran motor.
Harga tiket untuk masuk ke Kalibiru tidaklah mahal hanya sekitar Rp. 3000,- per orang. Tapi, seingat saya waktu itu biaya parkir motor ditarik Rp. 10.000,-, ini seingat saya loh ya. Kita harus jalan di jalanan semen yang mendaki. Jarak antara parkiran dan puncak kurang lebih satu kilometer. Jika kalian merasa capek atau tidak mampu mendaki ada ojek untuk naik ke atas. Cukup membayar Rp. 10.000,- dan akan sampai ke atas hanya dalam waktu satu menit. Sepanjang jalan pendakian kita akan melewati dengan loket karcis, rumah kayu untuk penginapan, tempat bersantai dan ada beberapa warung. Di atas sana akan terlihat pohon yang sedang hits di Instagram, bukan hanya satu tapi dua! Ada juga kegiatan outbond yang bisa dicoba kalau ingin menambah kesenangan.
Sayangnya saya sampai di puncak tepat pukul 11.00 siang hari dan hari itu hari Jumat yang berarti sedang istirahat sholat jumat dan makan siang. Saya menunggu dengan cemas karena pesawat saya pukul 16.30 sore hari. Saya pikir istirahat cuma sampai pukul 1an ternyata sampai pukul 2 pun mereka belum kembali. Saya tidak bisa melakukan apa-apa di atas selain menikmati pemandangan dan ngobrol dengan teman dan sesama pengunjung. Tepat pukul 2 lewat 5 menit saya memutuskan pulang dan banyak juga pengunjung yang pulang karena malas menunggu lama sekali. Menurut Ibu warung yang merupakan satu-satunya warung di puncak paling lama istirahat adalah satu setengah jam tapi kami sudah dua jam lebih menunggu. Entah apa yang terjadi hari itu karena ketika kami turun ke bawah kami melihat penjaganya ada di salah satu warung, berleyeh-leyeh. Sudahlah memang bukan waktunya mungkin dan saya harus kembali lagi ke sana. Kecewa memang tapi masa mau marah kan? 😀 Lagipula saya sudah banyak mengobrol dengan teman saya di atas dan sambil foto-foto sedikit.
Baru saja meninggalkan Wates kami sudah diguyur hujan lebat dan kami belum makan. Malang sekali, untung kami anaknya tidak mudah bersedih. Hehehehe… Karena sedang mengejar waktu, kami terobos hujan lebat dan menuju kostan teman saya tempat saya numpang menginap untuk mengambil barang-barang saya. Sudah pukul 15.30, kami basah-basahan, jantung saya berdebar karena takut telat. Ternyata setelah sampai di kostan saya lihat lagi tiketnya, pesawat saya berangkat pukul 17.30. Di satu sisi merasa sedih karena rela hujan-hujanan namun, di sisi lain bersyukur kalau masih ada kesempatan buat napas dikit. Keikiran buat nunggu hujan reda tapi karena sudah terlanjur basa yah kami memutuskan untuk ke bandara. Ternyata Jogjakarta di hari Minggu, sore hari yang kebetulan hujan baru reda dan waktu itu sedang kedatangaan presiden. Macetnya udah ga bisa dijelaskan untung tidak leyeh-leyeh dulu tadi.
Sesampainya di bandara teman saya minta pamit dan kami cipika cipiki lalu saya masuk. Sehabis check in saya ganti baju yang kering di toilet Bandara Adi Sucipto. Saya perhatikan muka ibu-ibu keheranan karena saya masuk pake baju warna apa keluarnya apa. Pesawat saya delay satu jam dikarenakan pak presiden masih belum turun pesawat. Yasudahlah kesempatan saya buat ngecas handphone dan merenung kunjungan saya kali ini banyak hal seru meskipun bukan yang seperti yang saya bayangkan. Tapi akhirnya kan kita harus selalu menikmati jalan-jalan kita dan kalau kata orang-orang bawa asik aja. Sampai ketemu lagi Jogjakarta, makasih buat foto-foto kece yang bisa saya pajang.